Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa Reformasi di Indonesia: Dari Berani Berpengetahuan hingga Takut Berpengetahuan

Daya Negri Wijaya

Abstract


Ikhtisar: Pemuda adalah pondasi negara yang memberikan banyak solusi untuk menanggulangi berbagai masalah yang ada di negeri ini, tetapi secara tidak langsung masalah tersebut juga muncul dari mereka sendiri. Pendidikan adalah salah satu faktor penting yang membuat pemuda menjadi pembuat masalah atau menjadi penyelesai masalah tersebut. Perbedaan itu terjadi karena perbedaan tingkat pengetahuan yang dimilikinya sehingga juga menciptakan mentalitas yang berbeda-beda. Mentalitas terdiri dari gagasan-gagasan dan karakter yang mengontrol perilaku manusia. Artikel ini akan berfokus pada perkembangan mentalitas pemuda yang selalu ingin tahu atau belajar di masa pergerakan nasional Indonesia (1908-1945) dan mentalitas pemuda yang takut berpengetahuan di era Reformasi (1998 — sekarang). Secara singkat, pemuda memiliki kesadaran untuk bangkit hanya karena adanya bahaya dalam kolonialisme secara fisik, tetapi mereka tidak menyadari lebih berbahayanya penjajahan pengetahuan daripada penjajahan secara fisik.

Kata kunci: Generasi muda, mentalitas, pendidikan, kekuasaan, gerakan nasional, era reformasi, dan Indonesia.

Abstract: Young men/women as a root of nation have given many solutions to solve problems in this country, but indirectly the problems that appear are occurring because of their selves. Education is the main factor creating the young man/women to be a problem maker for the nation and a solve maker for the nation. The distinction exists because the differences level of knowledge between one and another in order to make someone has different mentality. Mentality consists of ideas and character that control their action. This paper will focus on young men/women mentality that really want to learn everything in the Indonesian national movement era (1908-1945) and the young men/women mentality that is fear to learn many knowledges in the Reform era (1998 — recently). In brief, young men/women have awareness to awake because of the dangerous sign in term of physically colonialism, but they do not realize the more dangerous of colonialiasm in term of knowledge than it.

Key word: Young men/women, mentality, education, power, national movement, reform era, and Indonesia.

===

About the Author: Daya Negri Wijaya adalah Mahasiswa pada Program M.A. (Master of Arts) dalam bidang Sejarah di UOS (University of Sunderland) di Inggris. Untuk kepentingan akademis, penulis dapat dihubungi dengan alamat e-mail: dayawijaya15@yahoo.com

How to cite this article? Wijaya, Daya Negri. (2013). “Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa Reformasi di Indonesia: Dari Berani Berpengetahuan hingga Takut Berpengetahuan” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.1(1), Maret, pp.75-84. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, ISSN 2302-5808.

Chronicle of the article: Accepted (January 17, 2013); Revised (February 17, 2013); and Published (March 24, 2013).


Full Text:

PDF

References


Abdullah, T. [ed]. (1974). Pemuda & Perubahan Sosial. Jakarta: Penerbit LP3ES [Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi & Sosial].

Anwar, Yozar. (1981). Angkatan 66: Sebuah Catatan Harian Mahasiswa. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

Gagu, Obeth. (2012). “Dampak Negatif Face Book Terhadap Kehidupan Mahasiswa” dalam http://obethgag.blogspot.com/2012/12/simpulan-by-obeth-gagu-dampak-negatif.html [diakses di Jakarta, Indonesia: 27 Desember 2012].

Hamachek, D.E. (1980). “Psychology and Development of the Adolescent Self” dalam J.F. Adams [ed]. Understanding Adolescence: Current Developments in Adolescent Psychology. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Hariyono. (2011). Demokrasi Radikal: Blue Print Demokrasi Pendiri Bangsa. Malang: Penerbit Lintas Kata.

Hatta, M. (1966). Peranan Pemuda: Menudju Indonesia Merdeka, Indonesia Adil dan Makmur. Bandung: Penerbit Angkasa.

Hegel, G.W.F. (2007). Filsafat Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Terjemahan.

Lubis, M. (2001). Manusia Indonesia: Sebuah Pertanggungjawaban. Jakarta: Penerbit YOI [Yayasan Obor Indonesia].

Mappiere, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Prasetyo, E. (2004). Orang Miskin Dilarang Sekolah. Yogyakarta: Resist Book.

Prasetyo, E. (2008). Minggir: Waktunya Gerakan Muda Memimpin. Yogyakarta: Resist Book.

Ramly, A.W. (2000). Peta Pemikiran Karl Marx. Yogyakarta: Penerbit LKiS.

Razaq Ahmad, Abdul & Andi Suwirta. (2007). Sejarah dan Pendidikan Sejarah: Perspektif Malaysia dan Indonesia. Bandung dan Bangi: Historia Utama Press dan Penerbit UKM [Universiti Kebangsaan Malaysia].

Ricklefs, M.C. (1992). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Terjemahan.

Sagimun. (1989). Peranan Pemuda: Dari Sumpah Pemuda sampai Proklamasi. Jakarta: PT Bina Aksara.

Soyomukti, N. (2010). Teori-teori Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media.

Tama, Novian Budi. (2011). “Kehidupan Mahasiswa di Tempat Kos” dalam http://novian25.blogspot.com/2011/12/makalah-kehidupan-mahasiswa-di-tempat.html [diakses di Jakarta, Indonesia: 27 Desember 2012].

Tilaar, H.A.R. (1974). “Tinjauan Pedagogis Mengenai Pemuda: Suatu Pendekatan Ekosferis” dalam T. Abdullah [ed]. Pemuda & Perubahan Sosial. Jakarta: Penerbit LP3ES [Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi & Sosial].

Tilaar, H.A.R. (2008). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Jakarta: Penerbit Tera Indonesia.

Yakusa, Jaka. (2012). “Penantian Pergerakan Mahasiswa yang Tak Semu” dalam http://jakayakusa09.blogspot.com/2012/03/penantian-pergerakan-mahasiswa-yang-tak.html?zx=f850ca801fdea114 [diakses di Jakarta, Indonesia: 27 Desember 2012].


View My Stats