Pembelajaran Sastra Multikultural: Menumbuhkan Empati dan Menemukan Jatidiri Bangsa Melalui Pemahaman Keanekaragaman Budaya

Agung Pramujiono

Abstract


RESUME: Sastra Indonesia, baik yang tradisional maupun modern, dapat dijadikan sebagai media pendidikan multikultural, karena karya-karya tersebut banyak yang berakar dari tradisi dan mengandung warna lokal pengarangnya. Aktivitas pembelajaran sastra multikultural dapat dirancang melalui berbagai kegiatan/model pembelajaran, seperti: mengapresiasi nilai-nilai tradisional dalam folklor atau cerita rakyat melalui aktivitas kelompok yang dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan guru; pembacaan cerita; mengekspresikan perasaan lewat puisi; apresiasi drama, humor, dan cerita konyol atau kocak; menemukan simbol-simbol kultural melalui cerita atau dongeng; membandingkan cerita rakyat dengan latar kultur yang berbeda, tetapi memiliki aspek tematik yang sama atau mirip; melakukan pengintegrasian sastra dengan geografi; mengenalkan sajak anak-anak dan pengembangan estetis; mengapresiasi dan menganalisis lagu-lagu daerah; serta memberikan respon dan berdebat tentang stereotipe. Adapun problematik yang muncul dalam pembelajaran sastra multikultural, yaitu masih minimnya standar kompetensi yang berhubungan dengan sastra multikultural dalam kurikulum; guru yang belum menyadari pentingnya multikulturalisme; sumber belajar yang terbatas; dan masyarakat yang sering memberikan pajangan yang tidak edukatif.

KATA KUNCI: Pembelajaran sastra, sastra multikultural, pemahaman multikulturalisme, menumbuhkan empati, dan jatidiri bangsa Indonesia.

ABSTRACT: “Multicultural Literature Learning: Growing Empathy and Finding National Character through Multicultural Understanding”. Indonesian literature, both traditional and modern, can be used as a medium of multicultural education, because many of these works are rooted in tradition and local wisdom brought about by authors. Multicultural literature learning activities can be designed through the following activities/learning model: appreciating traditional values in folklore through group activities guided by the teacher questions; storytelling; expressing feelings through poetry; appreciation of drama, humor, and silly/funny stories; finding cultural symbols through stories/fables; comparing folklore of different cultural backgrounds, but having the same or similar thematic aspects; integrating literature and geography; introducing nursery rhymes and aesthetic development; appreciating and analyzing folk songs; and providing responses and arguing about stereotypes. Problems that arise in teaching multicultural literature comprise: having a lack of competency standards relating to multicultural literature in the curriculum; teachers’ unawareness of the importance of multiculturalism; limited learning resources; and insufficient provision of educational exposure.

KEY WORD: Literature learning, multicultural literature, understanding multiculturalism, growing empathy, and Indonesian national character.

About the Author: Dr. Agung Pramujiono adalah Dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIPA (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Adibuana) Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis dapat dihubungi dengan alamat emel: agungpramujiono.unipasby@gmail.com

How to cite this article? Pramujiono, Agung. (2015). “Pembelajaran Sastra Multikultural: Menumbuhkan Empati dan Menemukan Jatidiri Bangsa Melalui Pemahaman Keanekaragaman Budaya” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.8(2) November, pp.185-194. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UNIPA Surabaya, ISSN 1979-0112.

Chronicle of the article: Accepted (June 29, 2015); Revised (August 19, 2015); and Published (November 30, 2015).


Keywords


pembelajaran sastra; sastra multikultural; pemahaman multikulturalisme; menumbuhkan empati; jatidiri bangsa Indonesia

Full Text:

PDF

References


Abdullah, H.M. Amin. (2005). ”Interest Minimalization dalam Meredakan Konflik Sosial” dalam M. Ainul Yakin [ed]. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.

Arcana, Putu Fajar. (2005). Samsara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Artika, I Wayan. (2005). Incest. Yogyakarta: Penerbit Pinus.

Bennet, Milton J. (2003). ”Mengatasi Kaidah Emas: Simpati dan Empati” dalam Deddy Mulyana & Jalalauddin Rakhmat [eds]. Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Cox, Carole. (1998). Teaching Language Arts: A Student and Response Centered Classroom. Boston: Allyn and Bacon.

Danarto. (1987). Godlob. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Danarto. (1999). Asmaraloka. Yogyakarta: Pustaka Firdaus.

Danarto. (2001). Setangkai Melati di Sayap Jibril: Kumpulan Cerpen. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Delors, Jaques et al. (1996). Learning: The Treasure Within, Report to UNESCO of the International Commission on Education for the Twenty-first Century. Paris: UNESCO Publishing.

Endraswara, Suwardi. (2005). Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka.

Faruk. (1994). Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Grant, Carl A. & Christine E. Sleeter. (2011). Doing Multicultural Education for Achievement and Equity. New York: Routledge.

Hadi, Wisran. (2000). Orang-orang Blanti. Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia.

Hoaij, Kwee Tek. (1963). Boenga Roos dari Tjikembang. Surakarta: Penerbit Swastika, cetakan ketiga, cetakan pertama tahun 1927.

Kadir, A.R. (2001). ”Kepemimpinan Multikultural, Pencegah Gegar Budaya (Cultural Shock), dan Penyebab Meletusnya Koflik Antar Etnis”. Tersedia secara online di: http:/www.gegarbudaya.com [diakses di Surabaya, Indonesia: 1 Juli 2015].

Kayam, Umar. (1992). Para Priyayi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Kuntowijoyo. (1994). Pasar. Yogyakarta: Bentang Budaya.

Liang, Gouw Peng. (1903). Lo Fen Koei. Batavia: Penerbit Surat Kabar Bintang Betawi.

Litvin, Joel. (1977). ”The Importance of Developing Intercultural Communication Curricula in Australia” dalam Conference on Interpersonal and Mass Communication: Conference Proceedings. Kensington, NSW: Clarendon Press.

Mahayana, Maman S. (2005). 9 Jawaban Sastra Indonesia. Jakarta: Bening Publishing.

Mangunwijaya, Y.B. (1994). Burung-burung Manyar. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Mangunwijaya, Y.B. (2008). Raramendut: Sebuah Trilogi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Moeis, Abdoel. (2000). Salah Asuhan. Jakarta: Balai Pustaka, terbit pertama tahun 1928.

Moenir, Darman. (1983). Bako. Jakarta: Balai Pustaka.

Moenir, Darman. (1990). Dendang. Jakarta: Balai Pustaka.

Mohamad, Goenawan. (1992). Asmaradana. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti Pers.

Mu’in, Fatchul. (2011). “Sastra dalam Masyarakat Pluralistik-Multikultural: Tinjauan dari Perspektif Dominasi Budaya”. Tersedia secara online di: http://lmu-efgp.unlam.ac.id/ [diakses di Surabaya, Indonesia: 20 Februari 2015].

Mulyana, Deddy. (2003). ”Mengapa dan untuk Apa Kita Mempelajari Komunikasi Antarbudaya?” dalam Deddy Mulyana & Jalalauddin Rakhmat [eds]. Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Norton, Donna E. & Saundra Norton. (1994). Language Arts: Activities for Children. New York: Macmillan College Publishing Company.

Nurgiyantoro, Burhan. (2005). Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pang, Valerie Oaka. (2000). Multicultural Education: A Caring-Centered, Reflective Approach. New York: McGraw-Hill College.

Primawati, Laurencia. (2013). ”Pembelajaran Multikultural Melalui Pembelajaran” dalam Jurnal JUPIIS, Vol.5, No.2 [Desember].

Rampan, Korrie Layun. (1978). Upacara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ratna, Nyoman Kutha. (2005). Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusmini, Oka. (2000). Tarian Bumi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rusmini, Oka. (2001). Sagra. Magelang: Indonesia Tera.

Rusmini, Oka. (2003). Kenanga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sakai, Gusti. (2000). Tambo: Sebuah Pertemuan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Samani, Muchlas & Hariyanto. (2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tohari, Ahmad. (2003a). Ronggeng Dukuh Paruk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tohari, Ahmad. (2003b). Trilogi Roro Mendut. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wijaya, Putu. (2007). Bila Malam Bertambah Malam. Jakarta: Pustaka Jaya.

Yakin, M. Ainul [ed]. (2005). Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.




SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan is published by Minda Masagi Press. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Sharealike 4.0.