Perkembangan Islam di Kesultanan Banjarmasin

Ita Syamtasiyah Ahyat

Abstract


RESUME: Kesultanan Banjarmasin merupakan kelanjutan dari kerajaan Hindu sebelumnya, yakni Negara Dipa dan Negara Daha. Bermula dari perkampungan orang-orang Melayu, kemudian menjadi pelabuhan yang dilalui oleh para pedagang Muslim dalam pelayarannya untuk mendapatkan rempah-rempah dan lainnya, kesultanan Banjarmasin berkembang menjadi kerajaan penting di Kalimantan Selatan. Kesultanan Banjarmasin berdiri pada awal abad ke-16 M dengan nama ibukota yang sama dan terletak di muara Sungai Barito. Banjarmasin, selain sebagai kota pelabuhan, juga merupakan ibu kota kerajaan, keraton, dan kompleks pemukiman, sehingga pantaslah Banjarmasin disebut suatu “kota”. Kesultanan Banjarmasin dengan pemerintahan Pangeran Samudra, yang bergelar “Sultan Suryanullah”, misalnya, merupakan penguasa Islam pertama di Kalimantan Selatan, yang terjadi pada masa awal abad ke-16, dan di-Islam-kan oleh Penghulu dari kesultanan Demak di Jawa Tengah. Kesultanan Banjarmasin mempunyai daerah kekuasaan, yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Negara Daha. Daerah kekuasaan kesultanan Banjarmasin selanjutnya, yakni pada masa pemerintahan Pangeran Suryanata, sebagaimana diceritakan oleh “Hikayat Banjar” dan “Hikayat Lembu Mangkurat”, adalah negara/kota/ daerah seperti Kutai, Berau, Karasikan, Lawai, dan Sambas. Perkembangan kesultanan ini bersamaan dengan penyebaran Islam, sehingga Islam sangat mewarnai corak kesultanan dalam hal budaya, sosial, politik, dan juga ekonomi. Islam, dengan kata lain, telah melahirkan suatu peradaban yang khas di kesultanan Banjarnasin.

KATA KUNCI: Kesultanan Banjarmasin, pedagang Muslim, kesultanan Demak, penyebaran Islam, dan peradaban Islam di Kalimantan Selatan.

ABSTRACT: “The Development of Islam in Banjarmasin Sultanate”. The sultanate of Banjarmasin is a continuation of the previous Hindu kingdoms, the Dipa State and Daha State. It began as the settlements of the Malays, then a port for Muslim traders in getting spices and other com­modities, the sultanate developed into an important kingdom in South Kali­mantan. Banjarmasin sultanate was established at the beginning of the 16th century with its capital of the same name and was located at the mouth of the Barito River. Banjarmasin, beside as a port city, is also a capital of the kingdom, the palace, and a residential complex, so it is worth Banjarmasin called a "city". Sultanate of Banjarmasin with the reign of Prince Samudra, with the title "Sultan Suryanullah", for example, is the first Islamic rulers in South Kalimantan, which occurred in the early 16th century, and being Islamized by the “Penghulu” (Muslim leader) from Demak sultanate in Central Java. The Banjarmasin sultanate has a territory, which was a continuation of the kingdom of Daha State. The next Banjarmasin sultanate territory, namely during the reign of Prince Suryanata, as told by the “Tale of Banjar” and “Tale of Lambung Mangkurat”, is a state / city / country like Kutai, Berau, Karasikan, Lawai, and Sambas. The development of the sultanate along with the spread of Islam in the area, so that it has made Islam highly influenced the cultural, social, political, and eco­nomic lives of the sultanate. Islam, in other words, has brought about a typical civilization of Banjarmasin sultanate.

KEY WORD: Banjarmasin sultanate, Muslim traders, Demak sultanate, spreading of Islam, and Islamic civilization in South Kalimantan.

About the Author: Dr. Ita Syamtasiyah Ahyat adalah Dosen Senior di Departemen Sejarah FIPB UI (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia), Kampus UI Depok, Jawa Barat, Indonesia. Penulis dapat dihubungi dengan alamat emel: ita_ahyat@yahoo.co.id

How to cite this article? Ahyat, Ita Syamtasiyah. (2015). “Perkembangan Islam di Kesultanan Banjarmasin” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.8(1) Mei, pp.11-20. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, UNHAS Makassar, and UNIPA Surabaya, ISSN 1979-0112.

Chronicle of the article: Accepted (January 29, 2014); Revised (May 30, 2014); and Published (May 30, 2015).


Full Text:

PDF

References


Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: Asy Syfa’, 1999.

Basuni, Ahmad. (1986). Nur Islam di Kalimantan Selatan. Surabaya: Bina Ilmu.

Daudi, Abu. (1980). Maulana Syekh Moh. Arsyad al-Banjari: Tuan Haji Besar. Martapura: Sekretariat Madrasah Sullamul ‘Ulum Dalam Pagar.

Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1992.

Halidi, Yusuf. (1980). Ulama Besar Kalimantan: Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Banjarmasin: Penerbit Aulia.

Heine-Geldren, Robert. (1982). Konsepsi tentang Negara & Kedudukan Raja di Asia Tenggara. Jakarta: CV Rajawali, Terjemahan.

Ideham, M. Suriansyah et al. (2003). Sejarah Banjar. Banjarmasin: Balitbangda [Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah] Provinsi Kalimantan Selatan.

Kartodirdjo, Sartono. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kartodirdjo, Sartono, Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto [eds]. (1977). Sejarah Nasional Indonesia, Jilid III dan IV. Jakarta: Balai Pustaka.

Kiaibondan, Amir Hasan. (1953). Suluh Sedjarah Kalimantan. Bandjarmasin: Penerbit Fadjar.

Lubis, Amany. (2005). Sistem Pemerintahan Oligarki dalam Syariah Islam. Jakarta: UIN [Universitas Islam Negeri] Jakarta Press.

Moertono, Soemarsaid. (1985). Negara dan Usaha Bina-Negara di Jawa Masa Lampau: Studi tentang Masa Mataram II, Abad XVI sampai XIX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Terjemahan.

Nawawi, H. Ramli. (1977). “Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari: Penyebar Ajaran Islam Ahlussunah wal-Jama’ah Abad ke-18 di Kalimantan Selatan”. Tesis Sarjana Tidak Diterbitkan. Banjamasin: FKIP [Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan] Universitas Lambung Mangkurat.

Noorlander, J.C. (1935). Bandjarmasin en de Companie in de Tweede Helft der 18 de Eeuw. Leiden: The Martinus Nijhoff.

Ras, J.J. (1968). Hikayat Banjar: A Study in Malay Historiography. Leiden: The Martinus Nijhoff.

Ras, J.J. (1986). “Hikayat Banjar and Pararaton: A Structural Comparison of Two Chronicles” dalam C.M.S. Hellwig & S.O. Robson [eds]. A Man of Indonesian Letters: Essays in Honour of Professor A. Teeuw. Dordrecht-Holland/Cinnaminson-USA: Foris Publications, hlm.184-203.

Saleh, Idwar. (1958). Sedjarah Bandjarmasin. Bandung: KPPK Balai Pendidikan Guru.

Shaghir Abdullah, H.W. Muhd. (1990). Syekh Muh. Arsyad al-Banjari: Matahari Islam. Banjarmasin: Seri Ulama Pengarang Asia Tenggara, Periode III.

“Surat-surat Perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan Pemerintah-pemerintah VOC, Bataafse Republik, Inggris, dan Hindia-Belanda, 1635-1860”. Arsip Tahun 1965. Djakarta: ANRI [Arsip Nasional Republik Indonesia].

Tjandrasasmita, Uka. (1997). ”Struktur Masyarakat Kota Pelabuhan Ternate Abad XIV- XVII” dalam Ternate sebagai Bandar di Jalur Sutra. Jakarta: Proyek IDSN [Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional], Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tjandrasasmita, Uka. (2000). Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia: Dari Abad XIII Sampai XVIII Masehi. Kudus: Menara Kudus.

Van der Ven, A. (1860). “Aantekeningen Omtrent het Rijk Bandjermasin” dalam TBG (Tijdschrift van Bataviaasch Genootschap), Volume IX.

Vlekke, B.H.M. (1961). Nusantara: A History of Indonesia. Bandung: Sumur Bandung.

Yatim, Badri. (2001). Sejarah Peradaan Islam: Dirasah Islamiah II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Zamzam, Zafry. (n.y.). Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari sebagai Ulama Juru Dakwah. Banjarmasin: IAIN [Institut Agama Islam Negeri] Antasari.




SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan is published by Minda Masagi Press. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Sharealike 4.0.