Konflik antar Elite Politik Lokal di Sulawesi Selatan: Sebuah Perspektif Sejarah

Jayadi Nas

Abstract


RESUME: Konflik elite merupakan kajian yang menarik di kalangan para ilmuwan dan praktisi sosial, sejak dahulu hingga sekarang. Konflik antar elite politik lokal juga senantiasa muncul dalam lanskap perpolitikan di Indonesia. Konflik antar elite politik lokal menjadi fenomena baru di era Reformasi (1988 — sekarang), yang jarang ditemukan pada masa-masa sebelumnya, baik pada masa Orde Lama (1959-1966) maupun pada masa Orde Baru (1966-1998). Penulisan ini bertujuan untuk menemukan adanya kontinuitas dan pergeseran pola konflik melalui penelusuran sejarah. Berdasarkan penelusuran sejarah, pengkajian dan analisis terhadap konflik antar elite politik lokal, baik pada zaman sebelum penjajahan, zaman penjajahan, maupun zaman kemerdekaan Indonesia (1945-1950), hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kontinuitas dan pergeseran pola konflik elite dari setiap zaman di Sulawesi Selatan. Kontinuitas pola konflik dapat dilihat dari pertentangan antar suku/wilayah dalam perebutan kekuasaan, yang terjadi sejak zaman penjajahan sampai saat ini. Pergeseran pola konflik dapat dilihat dari perubahan konflik elite yang sebelumnya bersifat vertikal (kelompok bangsawan dengan masyarakat biasa) menjadi konflik horizontal, yakni konflik antar kelompok kepentingan yang tidak lagi didasarkan pada strata sosial, seperti yang terjadi masa-masa sebelumnya.

KATA KUNCI: Konflik antar elite, politik lokal, Sulawesi Selatan, sejarah konflik, kontinuitas, konflik vertikal, dan konflik horizontal.

ABSTRACT: “Conflicts among the Local Political Elites in South Sulawesi: A Historical Perspective”. Conflict of elite is an interesting study for the social sciences experts and practitioners since the last time until the latest period. Conflict among the local political elites often appeared also in the political landscape of Indonesia. Conflicts among the local political elites have become a new phenomenon in the era of Reform (1998 to date) that is rarely found in the past, whether in the time of Old Order (1959-1966) or in the time of New Order (1966-1998). This research aims to discover the existence of continuity and shift pattern by tracing the history of the conflict. Based on the search, assessment, and analysis of the conflict between the local political elite, both in the period before the colonial, the era of colonial, and in the time of Indonesian independence (1945-1950), the results showed that there is continuity and shifting patterns of elite conflict from every age in South Sulawesi. Continuity patterns of conflict can be seen from the conflicts between tribes/regions in the seizure of power that occurred since colonial periods until today. Shifting patterns of conflict can be seen from the changes of elite conflicts that previously vertical (group of nobles with the common people) into the horizontal conflicts, the conflicts between interest groups that are not anymore based on social strata, as it did occur in the previously last times ago.

KEY WORD: Conflicts among the elites, local politics, South Sulawesi, conflict history, continuity, vertical conflict, and horizontal conflict.

About the Author: Dr. Jayadi Nas adalah Staf Pengajar pada FISIP UNHAS (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin) Makassar, Jalan Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245, Sulawesi Selatan, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis dapat dihubungi dengan alamat e-mail: jayadi.nas01@gmail.com

How to cite this article? Nas, Jayadi. (2014). “Konflik antar Elite Politik Lokal di Sulawesi Selatan: Sebuah Perspektif Sejarah” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.7(2) November, pp.197-212. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, UNHAS Makassar, and UNIPA Surabaya, ISSN 1979-0112.

Chronicle of the article: Accepted (November 10, 2014); Revised (November 15, 2014); and Published (November 20, 2014).


Full Text:

PDF

References


Abdullah, Hamid. (1985). Manusia Bugis Makassar. Jakarta: Inti Idayu Press.

Abdullah, Hamid. (1991). Andi Pangeran Pettarani: Profil Pimpinan yang Manunggal dengan Rakyat. Jakarta: PT Gramedia.

Abidin, Andi Zainal. (1999). Capita Selekta Kebudayaan Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Hasanuddin University Press.

Andaya, Leonard Y. (2004). Warisan Arung Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke-17. Makassar: Penerbit Ininnawa, Terjemahan.

Depdikbud RI [Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia]. (1985). Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Sulawesi Selatan. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.

Devas, Nick et al. (1999). Keuangan Pemerintah Indonesia. Jakarta: UI [Universitas Indonesia] Press.

Geertz, Clifford [ed]. (1965). Old Societies and New States. New York: The Free Press.

Gonggong, Anhar. (2004). Abdul Qahhar Muzakkar: Dari Patriot Hingga Pemberontak. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Hamid, Abu et al. (2005). Siri’ & Pesse’: Harga diri Manusia Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Makassar: Pustaka Refleksi.

Harahap, Rudi et al. (1999). A. Amiruddin: Nahkoda dari Timur. Jakarta: Yayasan Pendidikan Latimodjong.

Harvey, Barbara S. (1989). Permesta: Pemberontakan Setengah Hati. Jakarta: Grafiti Pers, Terjemahan.

Kesuma, Andi Ima. (2004). Migrasi & Orang Bugis. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

KPU [Komisi Pemilihan Umum]. (2014). “Evaluasi Hasil Pemilu Legislatif 2014 di Sulawesi Selatan”. Laporan Tidak Diterbitkan. Makassar: KPU Provinsi Sulawesi Selatan.

Latif, Abd. (2014). “Diplomasi dan Ekspedisi Militer Belanda terhadap Tiga Kerajaan Lokal di Sulawesi Selatan, 1824-1860” dalam SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.7(2) November. Bandung: Minda Masagi Press, UNHAS Makassar, dan UNIPA Surabaya. Tersedia [online] juga di: www.sosiohumanika-jpssk.com

Latif, A., A. Majid & Jamil H. Taamin [eds]. (1999). Sulawesi Selatan: Dari Andi Pangeran Pettarani sampai H.Z.B. Palaguna. Ujung Pandang: Pustaka Pembangunan.

Leirissa, R.Z. (1991). PRRI-Permesta: Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis. Jakarta: Grafitti Pers.

Madjulekka, Rusman [ed]. (2002). 80 Tahun A.A. Rifai: Catatan Kehidupan & Perjuangan. Makassar: Intermedia Publishing.

Magenda, Burhan D. (1983). “Ethnicity and State-Building in Indonesia: The Cultural Base of the New Order” dalam Remo Guidieri et al. [eds]. Ethnicities and Nations: Processes of Interethnic Relations in Latin America, Southeast Asia, and the Pacific. Austin: University of Texas Press.

Malley, Michael. (2001). “Daerah: Sentralisasi dan Perlawanan” dalam Donald K. Emerson [ed]. Indonesia Beyond Soeharto: Negara, Ekonomi, Masyarakat, Transisi. Jakarta: Gramedia bekerja sama dengan The Asia Foundation Indonesia, Terjemahan.

Mappangara, Suriadi. (2014). “Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582: Tindak-Balas Kerajaan Gowa terhadap Persekutuan Tiga Kerajaan di Sulawesi Selatan” dalam SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1) Mei. Bandung: Minda Masagi Press, UNHAS Makassar, dan UNIPA Surabaya. Tersedia [online] juga dalam: www.sosiohumanika-jpssk.com

Maryanov, Gerald S. (2000). “Hubungan Pusat dan Daerah: Dari Ketergantungan Menuju Keseimbangan” dalam Muhammad A.S. Hikam & Syarif Hidayat [eds]. Indonesia Menapak Abad 21: Kajian Ekonomi dan Politik. Jakarta: Penerbit LIPI [Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia].

Marzuki, Laica. (1995). Siri’: Bagian Kesadaran Hukum Rakyat Bugis-Makassar (Sebuah Telaah Filsafat). Makassar: Hasanuddin University Press.

Mas’ud Rahman, Darmawan. (1988). “Puang dan Daeng di Daerah Mandar”. Disertasi Doktor Tidak Diterbitkan. Ujung Pandang: Program Pascasarjana UNHAS [Universitas Hasanuddin].

Mattulada. (1975). Latoa: Suatu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik Orang Bugis. Jakarta: Penerbit Pustaka Jaya bekerjasama dengan UNHAS [Universitas Hasanuddin].

Mattulada. (1998). Sejarah, Masyarakat, dan Kebudayaan Sulawesi Selatan. Makassar: Hasanuddin University Press.

Midding To’ Supu, Mirdan. (2005). Mayjen TNI (Purn) H. Andi Matalatta: Dari Atlet Serba Bisa hingga Pejuang Sejati. Yogyakarta: Bio Pustaka.

Muhtamar, Shaff. (2004). Masa Depan Warisan Luhur Kebudayaan Sulawesi Selatan: Mengurai Akar Nestapa Kebudayaan. Makassar: Dewan Sulawesi.

Mukhlis [ed]. (1986). Dinamika Bugis-Makassar. Jakarta: Pusat Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan YIIS [Yayasan Ilmu-ilmu Sosial].

Nas, Jayadi. (2006). “Konflik Elit Politik Lokal: Kasus Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Periode 2003–2008”. Disertasi Doktor Tidak Diterbitkan. Jakarta: Program Pascasarjana UI [Universitas Indonesia].

Nasyaruddin, Anwar & Moh Yahya Mustafa [eds]. (2004). Jejak-jejak Radikal Kahar Muzakkar: Dia Tetap Membangkang. Makassar: Pustaka Refleksi.

Pababbari, Musafir. (2003). Perilaku Politik Elit Agama di Sulawesi Selatan. Makassar: Padat Daya.

Paeni, Mukhlis et al. (2002). Batara Gowa: Messianisme dalam Gerakan Sosial di Makassar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pelras, Chistian. (1996). The Bugis. Cambiridge, USA: Blackwell.

Pemda Sulsel [Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan]. (1991). Sejarah Perkembangan Pemerintahan. Ujung Pandang: Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan.

Poelinggomang, Edward L. (2004). Perubahan Politik & Hubungan Kekuasaan: Makassar, 1906-1942. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Rauf, Maswadi. (2000). Konsensus Politik: Sebuah Penjajagan Teoritis. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas RI [Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia].

Rauf, Maswadi et al. (2000). Memastikan Arah Baru Demokrasi. Jakarta: Laboratorium Ilmu Politik FISIP UI [Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia] kerjasama dengan Mizan.

Sewang, Ahmad M. (2005). Islamisasi Kerajaan Gowa (Abad XVI sampai Abad XVII). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sjamsuddin, Nazaruddin. (1984). PNI dan Kepolitikannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Sjamsuddin, Nazaruddin. (1989a). Dinamika Sistem Politik. Jakarta: PT Gramedia.

Sjamsuddin, Nazaruddin. (1989b). Integrasi Politik di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Sulistyo, Bambang. (2014). “Konflik, Kontrak Sosial, dan Pertumbuhan Kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi Selatan” dalam SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1) Mei. Bandung: Minda Masagi Press, UNHAS Makassar, dan UNIPA Surabaya. Tersedia [online] juga dalam: www.sosiohumanika-jpssk.com

Tangke, A. Wanua et al. [eds]. (2004). Andi Salle Konflik M. Yusuf: Menyingkap Tragedi 5 April 1964 di Pinrang. Makassar: Pustaka Refleksi.

Wawancara dengan Prof. Dr. H. A. Amiruddin, mantan Rektor UNHAS (Universitas Hasanuddin) dan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, di Kota Makassar, pada tanggal 25 April 2005.

We Onggang, Alif. (1998). Tentang Sejumlah Orang Sulawesi Selatan, 1998. Jakarta: Penerbit Yamami.




SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan is published by Minda Masagi Press. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Sharealike 4.0.